Detail Cantuman
Advanced SearchText
HABIBIE DAN AINUN
Awalnya; saya tidak terlalu tertarik untuk membaca buku ini. Tapi berhubung banyak orang bercerita kalau buku ini bagus; saya menjadi penasaran. Apalagi kemudian beberapa teman saya bercerita sewaktu kecil mereka mengidolakan mantan presiden ke 3 RI ini.rnrnSaat mendengar Pak Habibie akan datang ke Jogja untuk acara pendandatanganan buku; kami janjian berenam untuk pergi ke acara tersebut. Beberapa teman takut kalau nanti acaranya terlalu ramai dan mengajak untuk datang lebih awal. Kebayang nggak sih; untuk sebuah acara tanda-tangan yang dimulai pukul dua; kami sudah ada di toko buku sejak pukul 11 siang!rnrnWaktu kami datang; Gramedia masih sepi. Hanya ada seorang petugas yang sibuk menyiapkan kertas antrian. Di ruangan tadi hanya ada sekitar 15an kursi. Kami kemudian memilih untuk duduk di barisan kursi paling depan diiringi tatapan aneh dari satpam. Mungkin kami terlalu ribut atau melanggar larangan dilarang membawa tas dan berfoto dalam toko? Kami baru sadar kenapa satpam melihat ke arah kami. Ternyata; kursi-kursi tersebut diperuntukkan bagi tamu undangan. Dan kami diusir dengan ramah saat acara hendak dimulai.rnrnSekitar jam 1; pengunjung yang membawa kamera dan buku Habibie dan Ainun mulai memenuhi toko. Waktu Pak Habibi datang; antrean mulai tidak kodusif. Banyak orang maju untuk berfoto bersama. Setelah semua buku yang kami bawa ditanda-tangani; kami makan siang.rnBukunya sendiri bercerita tentang perjalanan hidup Habibie dan Ainun (jelaslah; dah ketahuan dari judulnya :D ). Cerita mereka berawal saat Habibie yang bekerja di Jerman pulang ke Indonesia dan berkunjung ke rumah keluarga Besari. Di sana; ia bertemu dengan Ainun yang sudah menjadi dokter cantik. Mereka berpacaran dan memutuskan menikah sebelum cuti 3 bulan Habibie habis. Pasangan muda ini kemudian merantau ke Jerman.rnrnKeduanya; awalnya hidup sangat sederhana. Gaji Habibie terlalu pas-pasan untuk hidup sebuah keluarga. Saat Ainun hamil; ia sempat berpikir untuk mencari pekerjaan dengan ijazah dokternya. Habibie melarangnya dan memutuskan mencari pekerjan tambahan untuk persiapan anak pertamanya. Cerita selanjutnya; lebih baik baca bukunya sendiri deh. Intinya kebanyakan tentang pekerjaan Habibie dan bagaimana Ainun sebagai istri selalu mendukungnya.rnrnMenurut saya; buku ini cukup bagus. Meski kadang bahasanya agak berbelit dan ada banyak pengulangan kalimat; ada banyak cerita menarik yang bagus untuk dicontoh. Seperti pada saat Ainun memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga padahal ia bisa saja bekerja. Baginya; uang tambahan tidak sebanding dengan kehilangan kedekatan dengan anaknya karena dititipkan pada pengasuh. Juga pada saat Habibie memutuskan untuk meninggalkan karirnya di Jerman untuk membuat karya supaya Indonesia melek teknologi.
Ketersediaan
| 787/12 | My Library (RAK UMUM) | Tersedia |
Informasi Detil
| Judul Seri |
-
|
|---|---|
| No. Panggil |
920 HAB ha
|
| Penerbit | THC MANDIRI : Jakarta., 2010 |
| Deskripsi Fisik |
324 hlm.; 15 x 21 cm.
|
| Bahasa |
Bahasa Indonesia
|
| ISBN/ISSN |
9789791255134
|
| Klasifikasi |
920
|
| Tipe Isi |
-
|
| Tipe Media |
-
|
|---|---|
| Tipe Pembawa |
-
|
| Edisi |
-
|
| Subyek | |
| Info Detil Spesifik |
-
|
| Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain






