gegas dan waktu tak pernah bisa berbagi ruang; apalagi; berbagi cerita. maka; saling mencarilah mereka; berusaha menggenapi satu sama lain. hingga satu titik; Kala menjadi mula dan Kali mengakhiri cerita.rn***rnAku merasa kembali menjadi balita; mengentak-entakkan kaki ke lantai sambil bertepuk-tepuk tangan gembira. Tidak ingin membuang-buang waktu; aku segera meniup lilin sambil berharap dalam hati akan ada lilin serupa untuk tahun depan; di atas sepotong kue yang dibawakan Ibu. AMIN!rnrnBerbagai potongan kenangan dengan Ibu berkelebatan hebat di benakku. Aku mungkin berbeda dengan remaja lainnya yang kala mengingat masa kecil selalu dengan tawa dan kebersamaan yang hangat; seperti yang kulihat di lembaran iklan-iklan susu balita atau es krim literan itu.rnrnDan; setiap kenangan itu hadir; ingin rasanya membalikkan langkah.?rnrn(Ramalan dari Desa Emas; Valiant Budi)rnrnSetiap kali berulang tahun; aku semakin mendekati tempat asalku: ketiadaan. Ibuku bilang; dunia ini sendiri pun lahir dari ketiadaan. Karena lahir dari ketiadaan; mengapa pula harus mencemaskan kehilangan?rnrnKetiadaan itu meluaskan; kata Ibu; dan mempertemukan manusia dengan banyak hal; di antaranya cinta. ?Aku berharap bisa melindungimu dari patah hati. Tapi; itu tak mungkin.?rnrn(Bukan Cerita Cinta; Windy Ariestanty)rnrn***rnKāla Kālī: Hanya Waktu yang Tak Pernah Terlambat adalah Gagas Duet; novella dari dua penulis kenamaan GagasMedia; Windy Ariestanty dan Valiant Budi. Keduanya mempersembahkan sebuah cerita yang bermain-main sekaligus memberi ruang pada waktu.