PERGAULAN antar etnis sering kali menimbulkan konflik sosial yang menyumbat proses pembentukan bangsa (nation building). Konflik sosial seperti itu terjadi bukan pada aras kebijakan publik; politisi; dan berita di media massa; tetapi pada aras mikro; atau pada aras kehidupan empirik. Di dalamnya; masing-masing aktor terlibat dalam transaksi sosial secara intens yang sarat dengan berbagai kepentingan. Sekalipun konflik sosial bisa terjadi dengan perantaraan rekayasa sosial (social engineering) tertentu; namun peristiwa konflik itu sendiri lebih ditentukan oleh sejauh mana unsur-unsur internal di tingkat mikro berpotensi sebagai pemicu konflik sosial. Unsur-unsur internal tersebut misalnya warna budaya masyarakat; unsur kearifan lokal; heterogenitas masyarakat; dan lain-lain.rnrnMelalui in depth interview dengan para aktor pergaulan multikultural di suatu lembaga pendidikan di kota semarang; penulis buku ini berupaya memetakan agenda persoalan dalam interaksi antara etnis jawa dan etnis Cina:  apakah pergaulan dalam interaksi antara Jawa dan etnis Cina memiliki kecenderungan kepada terbentuknya suatu stratifikasi etnik? Lebih jauh; buku ini juga berkeinginan menurut potensi-potensi konflik sosial dari akarnya:  faktor-faktor apa saja yang secara signifikan mewanai interaksi sosial antara etnik Jawa dan etnik Cina? Bagaimana tarik-menarik kepentingan di antara mereka dalam interaksi sosial tersebut:  apakah interaksi sosial berjalan pada aras yang fundamental (primer); ataukah ‘semata-mata’ bersifat transaksi fungsional?rnrnKajian buku ini merupakan pengembangan dari sejumlah mainstream teori dalam sosiologi multikultural yang dipandang relevan untuk menerangkan kondisi multikultural masyarakat Indonesia. Temuan-temuan yang bersifat mikro menempatkan buku ini sebagai suatu sumber kekayaan akademik yang sangat berharga di dalam kajian mikro sosiologi; suatu khasanah pengetahuan yang menjadi utama dalam membangun keilmuan sosiologi.