“Ibu, apakah kita akan mati?” tanya Yue Wan ketakutan saat melihat tentara-tentara itu berjalan semakin mendekat.rn***rnXiao Yue Wan, gadis kecil berusia sebelas tahun ini harus terjebak dalam tragedi kemanusiaan di Nanjing, Cina, yang dilakukan oleh tentara militer Jepang pada Desember 1937, saat tentara Jepang menyerbu Nanjing. Dalam tragedi itu, Xiao Yue Wan harus terpisah dari kedua orang tuanya serta dipaksa menyaksikan sahabat baiknya disiksa dan diperkosa.rnXiao Yue Wan berusaha tetap tegar menyaksikan semua itu. Menyaksikan satu demi satu kawan dan keluarganya dibantai di hadapannya. Hingga tibalah saat itu. Saat ia harus berhadapan dengan regu pembantai yang tegak berdiri di hadapannya. Dan, tepat saat detik-detik kematian menghampirinya, ia melihat seorang tentara Jepang yang pernah ditemuinya.rnBagaimana nasib Xiao Yue Wan? Akankah ia selamat dari pembantaian tersebut serta berkumpul kembali dengan ayah dan ibunya?rnSimaklah novel berlatar salah satu tragedi kemanusiaan terbesar di abad dua puluh. Sebuah kisah yang akan semakin meyakinkan kita bahwa perang dan kekerasan akan selalu membawa luka, baik fisik maupun psikologis. Tak hanya bagi korban dan keluarganya, tapi juga para tentara!