Buku ini mengusung tema yang mirip sekali dengan buku Blindness karangan Jose Saramago. Sebuah bencana luar biasa yang mengakibatkan kekacauan -chaos- di masyarakat. Kalau Blindness penyebabnya adalah virus buta, di One Second After penyebabnya adalah serangan EMP (Electromagnetic Pulse). Kalau tidak salah ingat, Danny dan kru-nya di film Ocean's Eleven menggunakan serangan EMP juga untuk melumpuhkan listrik dan sistem elektromagnetik di seluruh kota agar mereka bisa merampok kasinonya si Terry Benedict.

Nah, kalau di film tersebut yang lumpuh hanya listrik satu kota saja, dan berlangsung hanya beberapa menit, di buku karangan William R. Forstchen ini serangan EMP menyebabkan SELURUH Amerika Serikat lumpuh. Dan hal tsb berlangsung bukan hanya berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan, melainkan setahun lebih.

Bayangkan bagaimana kehidupan yang selama ini disokong oleh tenaga listrik dan sistem kontrol yang dilayani oleh komputer tiba-tiba terputus. Kita sudah sangat terbiasa mengandalkan teknologi elektromagnetik. Alat-alat penunjang kehidupan di rumah sakit, catatan riwayat kesehatan, kendaraan bermotor, sistem komunikasi, media massa, instalasi air minum, pemanas dan pendingin ruangan, lemari pembeku makanan, lemari obat, bahkan keuangan kita pun sangat tergantung pada elektromagnetik: kartu kredit, ATM, rekening bank.

Sungguh, kita manusia di jaman ini sudah termanjakan oleh semua itu. Tanpa elektromagnetik dan listrik, kita hanyalah makhluk lemah tak berdaya yang sudah lupa bagaimana cara bertahan hidup tanpanya. Contoh hal yang paling remeh saja, misalnya waktu listrik mati beberapa jam saja kemarin, kita sudah blingsatan kepanasan. *sigh*

Buku ini membuat saya merenung, akankah kita survive bila serangan EMP tsb terjadi di kehidupan nyata kita. Bila Indonesia diserang oleh negara lain, akankah kita bertahan? Akankah Indonesia masih ada?

Akankah SAYA bertahan?