Cinta datang membawa suka cita.
Namun, tak jarang pula cinta menimbulkan duka nestapa.
Romannya selalu mengundang derai tawa, tangis haru, dan luka derita.
Bisa berakhir bahagia, bisa pula berujung lara.
Apabila panah asmara telah menembus hati, segala realita akan selalu siap dihadapi.

Perempuan adalah makhluk yang lebih ekspresif merasakan manifestasi-manifestasi cinta. Tindakan-tindakan heroik hingga tindakan konyol menjurus bodoh sering mereka lakukan atas nama cinta. Cinta yang kadang membuat mereka tegar. Cinta pula yang justru membuat mereka terkapar dalam ketidakberdayaan. Tak ubahnya komposisi artistik yang akhirnya menyatu dan membentuk sebuah kolase cinta.

Buku ini memuat 23 cerita tentang reaksi perempuan-perempuan terhadap cinta yang datang dan pergi pada dirinya. Seperti cerita Anna yang tetap tegar meski kekasihnya lebih memilih mempersunting ibu kandungnya ketimbang dirinya sendiri. Seperti cerita Risma, seorang ibu kandung yang rela berpisah dengan anaknya bertahun-tahun hanya karena ia ingin anak yang dicintainya hidup lebih layak bersama orang lain. Seperti cerita cinta antara perempuan Tionghoa dengan pria pribumi yang terhalang oleh masa lalunya yang kelam. Dan, seperti cerita cinta perempuan-perempuan lainnya yang menjadi inspirasi Ullan Pralihanta menuliskannya dalam Kolase Cinta-Tautan Kisah Asmara.