Image of WHITE FANG: KETIKA MAKHLUK PENUH KEBENCIAN MENGENAL CINTA

Text

WHITE FANG: KETIKA MAKHLUK PENUH KEBENCIAN MENGENAL CINTA



Di tengah-tengah salju di bumi bagian utara, serigala abu-abu ini lahir. Pertemuan pertamanya dengan manusia membuatnya mendapatkan nama White Fang. Serigala kecil yang lahir dari ibu setengah serigala setengah anjing ini memiliki riwayat hidup yang rumit. Ibunya hidup di antara serigala, yang berkat kepandaian, kekuatan, dan kelicikannya, membebaskan kawanannya dari kelaparan. Hingga suatu kejadian membuat dia dan anaknya harus masuk kembali ke kawanan manusia.

Pada perjalanannya, White Fang harus terpisah dengan ibunya, dan dia tumbuh dewasa sendirian. Dia belajar dari rasa sakit dan penderitaan; taring ganas dari karnivora lain, pukulan demi pukulan dari pemiliknya, hingga pengucilan dari sesama kawanan anjing—yang notabene adalah kerabat sekaligus musuh serigala.

Sebagai buangan dalam kawanan anjing setengah dewasa, metodenya yang banyak menumpahkan darah dan efisiensinya yang luar biasa membuat kawanan membayar siksaan mereka terhadapnya. Karena White Fang tidak diizinkan untuk berlari bersama kawanan, dampak lucunya adalah tidak ada anggota kawanan yang bisa berlari tanpa kawanan. (p.147)

Insting dan pengalaman merupakan dua hal yang penting untuknya dalam bertahan hidup. White Fang menggunakan keduanya dengan bijak hingga dia bisa menjadi unggul dalam kawanannya. Dia belajar tentang siapa manusia yang harus diturutinya. Pukulan dari pemiliknya memberitahunya bahwa yang dilakukannya itu salah, atau tidak diizinkan. Geraman anjing lain membuatnya tahu kapan dirinya harus menggeram kepada mereka. Serangan mereka membuatnya tahu kapan harus bertahan. Karena itulah dia menganggap manusia sebagai ‘dewa’nya, karena mereka memerintah dan mengontrolnya dengan pukulan, serta di sisi lain, manusia juga lah yang memberinya makan dan tempat tinggal yang nyaman.

Gerakan White Fang lebih cepat dari anjing lain. Kakinya lebih gesit, lebih lihai, lebih mematikan, lebih luwes, lebih ramping dengan otot dan urat bagai besi, lebih kuat bertahan, lebih kejam, lebih ganas, dan lebih pintar. White Fang harus seperti itu. Kalau tidak, ia tidak akan bisa membela diri ataupun selamat dari lingkungan kejam tempatnya berada. (p.149)

Beberapa kali berada di tangan manusia yang menjadikannya seperti anjing pemburu, penarik kereta salju, sekali berada di tangan manusia kejam yang menjadikannya sebagai anjing petarung, memukuli tanpa belas kasihan, membuat White Fang tak terkalahkan—karena tekad bertahan hidupnya yang sangat kuat. Namun di balik itu, dia menjadi seekor anjing serigala yang kejam dan tak mengenal cinta, sampai dia ‘diselamatkan’ oleh seorang ahli tambang yang tak memiliki pemukul, seorang ‘dewa’ yang asing, yang caranya tak dikenal White Fang.

Bisakah White Fang menyesuaikan diri? Apakah dia akan bisa hidup dengan cara yang lebih ‘jinak’, atau justru semakin liar?

Sepanjang membaca buku ini, kita akan dibawa pada alam liar di belahan bumi bagian utara, saat salju tebal dan malam-malam panjang mewarnai musim dingin yang panjang. Melalui sudut pandang orang ketiga serba tahu, penulis berhasil menggambarkan karakter serigala dengan begitu nyata, seolah-olah dia sendiri adalah serigala itu. Mulai dari insting dan gaya hidupnya, lingkungan dan perasaannya, digambarkan dengan mendetail. Sedikit sekali bagian yang menceritakan dari sudut pandang manusianya sehingga bisa saya katakan bahwa buku ini memang tentang serigala.

Saya suka dengan cara penulis membawa saya ke dalam kehidupan serigala seperempat anjing ini, saya bisa percaya bahwa apa yang ditulis oleh penulis berdasarkan data yang akurat. Namun, saya pribadi kurang menyukai cara penulis memposisikan White Fang sebagai anjing, dan seolah-olah mendorongnya untuk menjadi sahabat—atau pelayan—manusia. Saya lebih suka seekor serigala, meski memiliki darah anjing, untuk tetap menjadi serigala, liar sesuai kodratnya. Akan tetapi, mungkin memang penulis hendak menyorotinya dalam sudut yang berbeda.


Ketersediaan

763/14823.08 JAC wfMy Library (RAK UMUM)Tersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
823.08 JAC wf
Penerbit Gagas Media : Jakarta.,
Deskripsi Fisik
280 cm.; 15 x 21 cm.
Bahasa
Bahasa Indonesia
ISBN/ISSN
9789797807009
Klasifikasi
820
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this