Image of SELILIT SANG NABI: BISIK-BISIK TENTANG ALIRAN SESTA

Text

SELILIT SANG NABI: BISIK-BISIK TENTANG ALIRAN SESTA



KEMUNCULAN berbagai aliran sesat dalam tubuh agama dapat dianggap sebagai selilit yang sangat mengganggu. Kelahiran sejumlah aliran, ajaran, dan paham yang diberi stigma oleh lembaga agama sebagai sesat, menyimpang, membahayakan iman dan agama, sebenarnya terdapat dalam setiap sejarah agama mana pun.

Baru-baru ini

muncul aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang menganut keyakinan bahwa

telah datang utusan Tuhan (rasulullah) yang bernama Al-Masih Al-Maw'ud

pada masa sekarang. Pelantikan rasul ini terjadi pada 23 Juli 2006 di Gunung

Bunder, Bogor, Jawa Barat. Menurut aliran ini, tidak ada shalat lima waktu,

tetapi shalat hanya dikerjakan pada waktu malam. Aliran ini juga mencampuradukkan

ajaran trinitas ke dalam Islam dan meniadakan rukun Islam. Bahkan yang

cukup menggelikan, aliran ini ternyata juga memungut uang kepada para anggotanya

sebagai syarat untuk masuk surga.

Karena dianggap telah menyimpang dari ajaran Islam, maka Majelis Ulama

Indonesia (MUI) DIY misalnya, telah menjatuhkan fatwa atas aliran ini sebagai

sesat. MUI menganggap orang yang mengikuti aliran ini telah keluar dari

agama Islam (murtad). Maka bagi mereka yang sudah telanjur mengikuti disarankan

agar segera bertobat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar (al-ruju/

ila al-haq).

Setelah mendapatkan penolakan dari umat Islam di Indonesia, akhirnya

Abussalam alias Ahmad Moshaddeq, pimpinan aliran sesat ini menyerahkan

diri ke Polda Metro Jaya pada 29 Oktober 2007. Dari hasil pemeriksaan,

ternyata dia adalah mantan pelatih bulu tangkis dan pensiunan PNS pegawai

Dinas Olahraga Pemprov DKI. Meski begitu, alirannya telah memiliki 41.000

pengikut tersebar di sembilan daerah di Indonesia.

Menggrogoti

Selain menggerogoti batang tubuh ajaran agama Islam, aliran

sesat juga dialami oleh hampir semua agama resmi. Katolik juga memiliki

apa yang disebut "bidah". Lembaga gereja (Kristen) Katolik telah

memberikan stigma pada sejumlah aliran keagamaan yang berseberangan atau

tidak sejalan bahkan bertentangan dengan ajarannya yang resmi. Kepedulian

lembaga gereja adalah menjaga kemurnian ajaran (orthodoxi) dan praksis

(orthopraxi).

Pertama, mengenai ajaran (orthodoxi), lembaga gereja mengaku

telah menerimanya dari Yesus Kristus, Putra Allah Bapa yang dalam persekutuan

dengan Roh Kudus telah mengilhami orang-orang tertentu untuk bersekutu

dalam paguyuban beriman yang dinamis. Lembaga ini membenarkan diri telah

menerima otoritas ilahi dalam wujud insani, supaya dengannya kemurnian

tetap terjaga.

Kedua, tentang praksis (orthopraxi) lembaga, apalagi hierarki,

"gembala" berkepentingan khusus, yakni membimbing, mengarahkan

agar praksis hidup para anggota lembaga gereja sejalan dengan ajaran yang

diyakini. Kedua unsur tersebut (ajaran dan praksis) dilestarikan dalam

dan oleh tradisi (halaman 18). Lembaga gereja menafsirkan aliran-aliran

dalam gereja yang merongrong dan memalsukan isi iman kepercayaan Kristen

adalah para bidaíah. Mereka inilah yang dicap sebagai para pengajar

sesat, karena menyimpang dan bertentangan dengan ajaran yang baku dan resmi.

Bidah memiliki konsep sendiri tentang jalan keselamatan, sehingga mayoritas

beranggapan bidaíah merupakan deviasi (gejala penyimpangan) dari

arus umum. Dengan kata lain, pada galibnya bidah merupakan kelompok

minoritas yang sedikit banyak militan dan radikal.

Buku ini mencoba mengangkat sisi-dalam ajaran atau aliran yang dicap

oleh lembaga gereja sebagai bidah. Ajaran dan praksis adalah dua aspek

utama yang dibahas oleh penulis. Secara biblis aliran-aliran keagamaan

yang pernah dicap "heretik" dikategorikan sebagai kelompok sektarian.

Keberadaan bidah telah mendorong gereja untuk merumuskan ajarannya dengan

tegas, karena para pemimpin gereja bertanggung jawab atas "keselamatan"

jemaat yang mereka layani.

Dalam kekristenan, bidah (heresi) berasal dari akar kata hairesis

yang berarti pilihan, dan kemudian sekte atau pilihan faksional. Selanjutnya,

bidah berarti menyangkal atau meragukan dengan tegas suatu kebenaran yang

sebenarnya harus diimani. Intinya, bidah meninggalkan dan mengambil

posisi berseberangan dengan ortodoksi (kepercayaan yang benar) dalam Kristen

(1 Kor 11:19, Gal 5:20, 2 Pet 2:1). Pada faktanya, bidah menjadi

suatu gerakan sentrifugal yang memecah-belah gereja.

Bidah

Buku ini memetakan puluhan kelompok bidaíah yang diklasifikasikan

penulisnya ke dalam enam gugus, yaitu: dualistis, trinitaris kristologis,

spiritual, eskatologis, moral dan politis religius. Dalam gugus dualistis

(berkelamin ganda; mengakui Tuhan tetapi juga memberontak kepada-Nya) misalnya,

terdapat aliran gnostisisme (gnosis dari bahasa Yunani berarti pengetahuan).

Aliran sesat ini mempraktikkan ritus-magis seperti upacara-upacara khusus

"keagamaan gnosis", jimat, gugon tuhon menjadi pengganti

tatanan dan nilai-nilai moral. Dalam gugus politis religius juga terdapat

aliran sesat galikanisme. Aliran ini merupakan gerakan yang menuntut kebebasan

tanpa keterikatan pada Sri Paus berkenaan dengan tradisi hidup menggereja,

yang sudah lama menjadi darah daging Prancis sejak lama. Aliran ini lahir

karena kecenderungan politis, yaitu sikap condong menerima campur tangan

kekuasaan sipil dalam masalah-masalah keagamaan.

Dalam menyikapi aliran sesat atau bidah ini, penulis buku ini mengingatkan

pentingnya sikap arif terhadap pandangan-pandangan atau ajaran-ajaran sesat

yang berseberangan dengan arus utama. Di Indonesia, Katolik pernah direpotkan

dengan munculnya Gereja Setan, gerakan Mormon yang pernah dilarang di Indonesia.

Pondok Nabi yang menggemparkan dengan penantian hari pengangkatan di Bandung

pada 2004. Gejala penampakan bunda Maria yang direkayasa oleh Thomas dari

Surabaya. Aliran sesat di Manggarai Tengah, dan sebagainya. Intinya, bahwa

secara sosiologis-historis aliran sesat itu merupakan sikap dari kelompok

minoritas yang menyimpang terhadap kebenaran dogmatis yang harus diimani

oleh kelompok mayoritas.


Ketersediaan

972/14My Library (RAK UMUM)Tersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
200.7 EDD s
Penerbit Kanisius : Yogyakarta.,
Deskripsi Fisik
230 hlm.; 15 x 21 cm.
Bahasa
Bahasa Indonesia
ISBN/ISSN
9789792117158
Klasifikasi
200
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this