Detail Cantuman
Advanced SearchText
LOVE STORY: TERINSPIRASI LAGU TAYLOR SWIFT
This is me swallowing my pride
Standing in front of you, saying I’m sorry for that night
And I go back to December all the time…
Back to December – Taylor Swift
Desember, 2012
Aldi tertegun saat menatap amplop yang disodorkan Amira ke hadapannya. Dari raut wajah gadis itu yang tampak gelisah, juga senyumnya yang tampak dipaksa, Aldi tahu pasti sesuatu tengah terjadi. Bukan sesuatu yang baik, setidaknya untuk salah satu dari mereka.
Saat membalik amplop itu, Aldi mendengus menatap lambang salah satu universitas ternama di Sydney terpampang di sana. Benar bukan dugaannya? Bukan kabar baik, untuk dirinya.
“Aku… diterima.”
Aldi menengadahkan kepala saat mendengar suara lirih milik Amira. Ia menatap kedua manik gadis berambut ikal sebahu itu. Ada guratan harapan di situ, harapan agar Aldi melepaskannya.
Ini bukan untuk pertama kalinya mereka membicarakan masalah yang sama. Bedanya, saat itu mereka berdebat untuk sesuatu yang tidak pasti. Kini, dua kata itu seolah ingin menegaskan keputusan Amira, kekasih yang sudah menemani hari-harinya sepanjang tiga tahun ini.
“Aldi, aku minta maaf… Aku…”
“Sudah berapa kali harus kuberitahu, Mira? Aku bisa menunggu sampai kamu kembali.”
“Tapi, kamu tahu kan kalau aku mungkin…”
“Mungkin tak kembali?” cekal Aldi, yang membuat Amira menghentikan kalimat yang sudah menggantung di tenggorokannya. Amira memejamkan mata, membiarkan pelupuknya yang mulai basah meluapkan perasaannya. Ia berharap Aldi mengerti bahwa ini pun sama beratnya untuk dirinya.
“Maafkan aku, Al…” Amira berujar pelan, membuat Aldi tertawa lirih.
“Sesungguhnya kamu menginginkan perpisahan ini bukan karena kamu dan aku akan berjauhan, kan?” Rahang Aldi mengeras, tangannya mengepal kuat menahan emosi yang membuncah di dadanya. “Semua cuma karena kamu sadar, kalau aku tidak lagi menjadi bagian dari mimpi kamu…” ucap Aldi, merasakan nyeri saat ia mencoba mengakui kenyataan yang ada. Pahit.
Amira mengepalkan jemarinya, menyadari bahwa apa yang diucapkan Aldi tentang dirinya sama sekali tidak salah. Impiannya untuk berada di Sydney begitu besar, melampaui impiannya untuk tetap berada di sisi Aldi.
“Mengapa kamu diam saja, Ra? Jawab aku!” Aldi menatap Amira tajam, membuat gadis itu menunduk dalam. Dalam situasi seperti ini, tidak ada yang bisa dilakukannya selain diam. Setiap kata yang keluar dari mulutnya pasti akan menyakiti Aldi lebih banyak lagi.
“Aku minta maaf, Al… Kita… sampai di sini saja,” ucap Amira pahit. Kemudian sebelum Aldi sempat menahannya, Amira memutuskan untuk beranjak pergi meninggalkan lelaki itu, menciptakan perpisahan yang kelu.
Ketersediaan
| 218/15 | 899.2213 SIN ls | My Library (RAK UMUM) | Tersedia |
Informasi Detil
| Judul Seri |
-
|
|---|---|
| No. Panggil |
899.2213 SIN ls
|
| Penerbit | Media Pressindo : Jakarta., 2015 |
| Deskripsi Fisik |
230 hlm.; 13 x 19 cm.
|
| Bahasa |
Bahasa Indonesia
|
| ISBN/ISSN |
9789799115157
|
| Klasifikasi |
890
|
| Tipe Isi |
-
|
| Tipe Media |
-
|
|---|---|
| Tipe Pembawa |
-
|
| Edisi |
-
|
| Subyek | |
| Info Detil Spesifik |
-
|
| Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain






