Detail Cantuman
Advanced SearchText
MEMELUK MASA LALU
Apa jadinya jika Cleo kembali bertemu dengan Raditya? Cowok yang tiga tahun lalu Cleo temui dalam sebuah perjalanan bus Cibinong - Jogjakarta. Pria berkacamata dan berwajah oriental itu benar-benar mencuri perhatian Cleo hingga dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia jatuh cinta. Tapi, kini semua telah berbeda, karena Raditya tidak lagi sendiri. Masih bolehkah Cleo jatuh hati?
Teaser Buku:
Jika ada seseorang yang memenuhi seluruh masa mudamu, apakah kamu yakin dia akan jadi sosok yang menemanimu dalam masa kini dan masa tuamu?
Memeluk Masa Lalu – Dwitasari
Cleo
Aku tidak percaya. Semakin aku menatap matanya, semakin aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Aku sulit menerima kenyataan bahwa hari ini kami sungguh kencan. Dia adalah pria yang menghilang selama tiga tahun dari hidupku, kini cowok itu berdiri hanya beberapa sentimeter dari lenganku.
Dia bukan lagi pria berumur dua puluh dua tahun yang dulu aku lihat. Dan, aku bukan lagi gadis berusia tujuh belas tahun yang beberapa tahun lalu dia lihat. Dia, di mataku, malam ini, adalah cowok berusia dua puluh lima tahun, berdiri tegap, mapan, bermata sipit, berwajah oriental, serta memesona. Senyum di bibirnya tidak sekonyol dulu. Kini, barisan giginya yang rapi seringkali disembunyikan seakan dia sedang mengalahkan emosi yang bergejolak dalam dirinya. Dia hanya sesekali menatapku, kemudian tersenyum. Tidak ada tawa bahagia yang dia tunjukan seperti tiga tahun lalu.
Aku bisa menebak, tidak ada kebahagiaan apapun yang bergejolak dalam dirinya. Kencan kami kali ini tentu hanyalah permintaan maaf. Setelah kencan ini, tentu dia akan pergi seenaknya, semudah ketika dia melambaikan tangan tanpa mengucapkan kalimat perpisahan—seperti tiga tahun lalu. Aku masih berusaha menebak, otakku terus berharap agar Tuhan memberiku kemampuan untuk mengetahui isi otaknya juga. Tapi, hatiku sungguh menolak. Hatiku hanya ingin mempercayai apa yang ingin hatiku percaya. Hatiku hanya ingin percaya bahwa pria itu mencintaiku, meskipun otakku berkata sungguh ini ide yang sangat gila.
Terlalu banyak hal yang berubah, dalam dirinya, juga dalam diriku. Namun, mengapa yang satu ini tidak bisa diubah? Mengapa perasaanku padanya masih sama? Sialnya lagi, aku masih jatuh cinta, cintaku masih begitu kuat seperti pertama kali kami bertemu; pada sebuah perjalanan delapan belas jam menggunakan bus eksekutif menuju Jogjakarta.
Aku menatap matanya sekali lagi. Mencoba mengelak. Mencoba menyadarkan diriku dan berharap ini hanya potongan adegan film yang aku tonton secara maraton. Malam ini, tentu aku sedang bermimpi. Namun, dia memelukku, dan bisa aku rasakan detak jantungnya. Bisa aku simpulkan dengan jelas bagaimana helaan napasnya.
Demi Tuhan. Ini kenyataan.
***
Raditya
Dia tidak suka rokok. Makanya, saat aku menjemput perempuan itu—aku tidak menyentuh rokokku sama sekali. Jadi, dengan debaran jantung yang iramanya berantakan, aku menunggu gadis yang pernah terpisah selama tiga tahun denganku di depan rumahnya. Aku hanya bermodal parfum yang sering aku gunakan dan rambut yang aku rapikan lebih rapi dari biasanya. Mobilku juga aku bersihkan sebersih mungkin. Tidak ada jersey futsal, tidak ada sepatu futsal, tidak berserakan handuk keringat habis futsal. Intinya, aku rasa, semua sempurna.
Aku sangat rapi. Mungkin, itu yang membuatnya terus menatapku dengan wajah keheranan. Aku tidak mengerti mengapa dia terus menatapku sedalam itu. Dia masih terus menatapku bahkan hingga kami sampai di gedung bioskop. Tatapan itu terus berlanjut hingga kami masuk ke dalam teater bioskop. Dia terus menatapku hingga film diputar.
Apa mungkin dia sedang mengintrogasi senyumku yang setengah-setengah ini? Andai aku bisa jujur bahwa malam ini sungguh aku gerogi setengah mati. Ada banyak kata-kata yang bersarang di kepalaku. Tapi, mulutku tidak bisa diajak kerja sama. Padahal, aku hanya ingin mengucapkan satu kalimat saja. Hari ini aku sungguh bahagia.
Aku tidak mengerti mengapa hari ini dia begitu cantik. Secantik ketika aku pertama kali bertemu dengannya dalam sebuah perjalanan aneh yang aku namakan—keajaiban. Dia adalah keajaibanku. Aku tidak peduli jika dia menganggap kencan ini adalah kutukan. Tapi, bagiku, ini adalah sebuah keajaiban. Seandainya Tuhan mengizinkan, aku hanya ingin pertemuan kami tidak sebatas kencan. Mengapa? Aku tidak ingin kehilangan dia untuk yang kedua kalinya.
Entah bagimana perasaan dia. Aku juga tidak berani bertanya, karena aku yakin jawaban perempuan hanya akan membuatku semakin bertanya-tanya. Jadi, yang bisa aku temukan dari dalam dirinya, dia tetap gadis yang sama seperti tiga tahun lalu. Manis, menggemaskan, serta memesona. Ah, aku jatuh cinta.
Aku tidak mengerti mengapa aku sangat ingin membawa dia ke dalam pelukanku. Aku tidak mengerti mengapa setiap detik yang kami lewati malam ini terasa begitu menyenangkan. Aku tidak mengerti mengapa aku melakukan ini semua. Padahal, aku sungguh tahu, mencintai gadis itu adalah hal yang sangat dibenci siapapun. Dibenci ibuku. Dibenci Tuhan.
Demi Tuhan. Ini menyakitkan.
Posted by @DwitasariDwita at 21:15
Reactions:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
28 comments:
Unknown16 January, 2016 23:54
Kka,cara pesannya gimana?
Reply
alung azhari17 January, 2016 01:31
Aku tidak mengerti mengapa hari ini dia begitu cantik. Secantik ketika aku pertama kali bertemu dengannya dalam sebuah perjalanan aneh yang aku namakan—keajaiban. Padahal, aku sungguh tahu, mencintai gadis itu adalah hal yang sangat dibenci siapapun. Dibenci ibuku. Dibenci Tuhan. Demi Tuhan. Ini menyakitkan. *iki sing gawe aku tansah kelingan senajan 5 tahun ora ketemu, ketemu pisan gawe gelo...
Reply
alung azhari17 January, 2016 01:32
Aku tidak mengerti mengapa hari ini dia begitu cantik. Secantik ketika aku pertama kali bertemu dengannya dalam sebuah perjalanan aneh yang aku namakan—keajaiban. Padahal, aku sungguh tahu, mencintai gadis itu adalah hal yang sangat dibenci siapapun. Dibenci ibuku. Dibenci Tuhan. Demi Tuhan. Ini menyakitkan. *iki sing gawe aku tansah kelingan senajan 5 tahun ora ketemu, ketemu pisan gawe gelo...
Reply
Adrie Tamara Edelweis18 January, 2016 10:10
Petjahhhh.. kak Dwita kerennn abizzz
Reply
Atika Suri20 January, 2016 21:45
Mau ikutan PO nya kaaaa :D
Reply
Dewi Asih21 January, 2016 08:10
Mauuuuuuu :g
Reply
Risanta Gloriska22 January, 2016 06:21
Mau ikutan PO jg kak :)
Reply
Risanta Gloriska22 January, 2016 06:21
Mau ikutan po jg kak :)
Reply
LA22 January, 2016 10:11
Min, untuk daerah jawa barat tempatnya di mana aja?
Reply
Andi Ummu Indah22 January, 2016 23:09
baper jadinya :')
Reply
Andi Ummu Indah22 January, 2016 23:09
baper jadinya :')
Reply
Derian Hansel23 January, 2016 06:58
Baper woiii
Reply
Amy Utami23 January, 2016 21:18
Mau ikutan PO donk kak !
Reply
Sarah Amalia23 January, 2016 21:18
Whoa baper :D
Reply
Tamara Pratiwi23 January, 2016 22:21
Kalau baper, buruan beli dong:D
Kayak kita:D
Reply
Tamara Pratiwi23 January, 2016 22:22
Baper? Buruan beli sebelum kehabisan :D
Reply
Tamara Pratiwi23 January, 2016 22:22
Kalau baper, buruan beli dong:D
Kayak kita:D
Reply
Nova Resviana V R24 January, 2016 01:04
Njirr baperrr,mau dong bukunya kak,didaerah semarang dimana belinya?
Reply
Siska Yulianti Behunnin24 January, 2016 03:03
Mauuu PO
Reply
Chintya Novelita24 January, 2016 07:53
Rasa-rasanya seperti cinta beda agama..????
Reply
Rismy Khusnur R24 January, 2016 08:12
NTAP kak dwittttt��
Reply
Anonymous24 January, 2016 16:40
Ke hati
Reply
Ine Sekar Carita Sari31 January, 2016 20:13
Aaaaa pengen kayak kamu kak. Jadi penulis terkenal dan sangat berbakat. Doain ya kak, kapan" kita nulis bareng hhee amin
Reply
Ine Sekar Carita Sari31 January, 2016 20:14
Aaa kk keren, pingin jd kyk kk
Reply
yunita silviani19 February, 2016 13:11
menggambarkan secara detail, membuat pembacanya berimajinasi dan terbawa kedalam cerita. untaian kata penuh makna, selalu dengan cerita cinta masa muda sekarang ini. semuanya terangkum dengan sangat indah. teruskan perjuanganmu, kak dwitasari....
pengen bisa nulis cerita kaya kakak, buat novel juga.
Reply
Chaca siska Devalmost20 February, 2016 15:35
Bapppperrrrrrrrrr������
Reply
Eka Anjar Sari02 March, 2016 12:17
Baper kak. Pengalaman aku banget. Berpisah selama 4 tahun dan ketemu lagi masih membawa cinta yang sama. Wkwkwkw.. :D
Reply
Sahrul Abror05 May, 2016 23:34
Ada banyak kata yang bersarang dikepalaku tapi mulutku takbisa diajak kerja sama padahal aku hanya ingin mengatakan satu kalimat saja, hari ini sungguh bahagia
Reply
Load more...
Links to this post
Create a Link
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Kamu pembaca ke
19,786,623
BUKU #MemelukMasaLalu TERBIT!
BUKU #MemelukMasaLalu TERBIT!
Segera serbu di toko buku Gramedia, Togamas, Gunung Agung, TM Bookstore :") Jangan sampai kehabisan lagi seperti waktu pre order, yup! :* Pemesanan online silakan WA/SMS: 085310802658 :)
Facebook Page
Dwitasari
Promosikan Halaman Anda Juga
Jentikan Jemari saya :)
► 2017 (4)
▼ 2016 (25)
► November (3)
► October (1)
► September (1)
► August (2)
► July (2)
► June (1)
► May (6)
► April (2)
► March (2)
► February (2)
▼ January (3)
Buku Memeluk Masa Lalu :)
Bedah Buku "Jatuh Cinta Diam-diam" dan Workshop di...
Seratus sembilan puluh satu hari tanpamu
► 2015 (42)
► 2014 (31)
► 2013 (46)
► 2012 (65)
► 2011 (35)
► 2010 (5)
Pilih isi hatimu :'D
#ceritabersambung (18)
#CintaTapiBeda (6)
#SerialTanpamu (18)
cerita (15)
cerita sangat pendek (1)
cerpen (42)
cinta (89)
fakta (14)
fiksi (69)
opini (3)
perbedaan agama (?) (13)
peristiwa (13)
sosok (15)
surat cinta ♥ (13)
Paling sering dibaca. :))
Bisakah Kaubayangkan Rasanya jadi Aku?
Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu,...
Mungkin, aku terlalu berharap banyak
Rasanya semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi s...
Seminggu Setelah Perkenalan Kita
Aku duduk di tempat kita pertama kali bertemu. Tempat yang harusnya menjadi kenangan kita berdua. Bilik kecil yang terdiri dari satu me...
BUKU Jatuh Cinta Diam-diam #2 TERBIT!
Judul Buku: Jatuh Cinta Diam-diam 2 Tahun terbit: 2015 Penerbit: Bentang Belia (Bentang Pustaka) Tebal buku: 180 halaman Harga P...
Senyuman di belakang Panggung
Aku kira, aku sudah berhasil melupakan segala macam tentangmu. Kupikir aku siap membuka hatiku untuk seseorang yang baru. Aku yakin bahwa a...
Curahan Hati
Ketersediaan
| 76/17 | 899.2213 DWI m | My Library (RAK UMUM) | Tersedia |
Informasi Detil
| Judul Seri |
-
|
|---|---|
| No. Panggil |
899.2213 DWI m
|
| Penerbit | BENTANG : Jakarta., 2016 |
| Deskripsi Fisik |
216 hlm.; 15 x 21 cm.
|
| Bahasa |
Bahasa Indonesia
|
| ISBN/ISSN |
9786021383773
|
| Klasifikasi |
890
|
| Tipe Isi |
-
|
| Tipe Media |
-
|
|---|---|
| Tipe Pembawa |
-
|
| Edisi |
-
|
| Subyek | |
| Info Detil Spesifik |
-
|
| Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain






