Image of PETJAH: SATU DARI SERIBU, AKU MAU KAMU

Text

PETJAH: SATU DARI SERIBU, AKU MAU KAMU



Satu dari seribu, aku mau kamu. Mungkin tagline inilah yang menjadi gebrakan tersendiri untuk novel debutan Kak Oda, yaitu Petjah. Novelnya memang petjah abis, dan karena ini bentuknya teen fiction, rasanya saya jadi lebih mudah menelusuri tiap cerita yang kemudian menjadi bekal saya untuk menuliskan review novelnya.
*Blurb:

Nadhira menyayangi Dimas, tetapi Dimas membenci Nadhira.

Semesta menyayangi Nadhira dan memberinya satu permintaan untuk dikabulkan. Nadhira meminta Dimas beserta hatinya.

Permintaannya pun dikabulkan semesta.

Kemudian hadir satu orang lagi dalam permainan ini. Biru.

Biru menyayangi Nadhira, namun bisakah Nadhira menyayangi Biru?

Satu dari seribu, aku mau kamu.

Adalah puisi hati Nadhira untuk cinta pertamanya.

Satu dari seribu, memang harus kamu.

Adalah sepenggal puisi harapan Biru untuk masa depannya.

Semesta mempermainkan Nadhira dan membuat hidupnya petjah.
Cerita Singkat:

Petjah menceritakan tentang cewek di kelas akselerasi bernama Nadhira. Sejak masuk SMA, dia memendam rasa pada teman sekelasnya, Dimas Baron. Namun sayangnya, Dimas justru membencinya selama setahun.

Karena sebuah kejadian yang mengguncang, Dimas menjadi melunak pada Nadhira. Dimas berbaik hati pada Nadhira. Di saat yang sama, Nadhira berkenalan dengan Biru, senior di sekolahnya. Biru adalah pentolan sekolah dan menjadi the king of the king di angkatannya.

Kedua cowok ini lalu membawa perubahan pada hidup Nadhira. Biru dengan kata-katanya yang puitis begitu mengagumi Nadhira. Sementara Dimas dengan kepintarannya mampu membuat Nadhira jatuh cinta. Nadhira yang imut dan mungil itu pun menjadi kebahagiaan tersendiri untuk seseorang yang keras seperti Biru, dan menjadi penyemangat untuk Dimas.

Dan, seperti yang diceritakan dalam blurb, kehadiran Dimas dan Biru membuat hidup Nadhira petjah.
Review:

Sebetulnya, novel ini dijadwalkan oleh sang penulis untuk terbit pada Januari 2017. Alasan kenapa saya bisa menulis review bukunya di Desember 2016 adalah karena saya ikut pre-order dan mendapatkan bukunya lebih awal.

Saya hanya membaca beberapa part di Wattpad karena ceritanya sudah keburu dihapus untuk alasan penerbitan. Awal ceritanya yang sangat menyihir saya adalah alasan kuat kenapa saya buru-buru ikut PreOrder novel ini selagi masih ada kuota.

Iya. Pembuka cerita Petjah, bagi saya, dahsyat banget. Entah kenapa dari part pertama, saya sudah bisa masuk ke dunia Nadhira yang petjah itu. Dengan mudah, saya bisa terpukau pada karakter Dimas, Nadhira, dan Biru.

Saya pun mengakui bahwa Dimas dan Nadhira itu karakter paling realistis yang pernah saya temukan. Entah kenapa, saya sering merasa saya itu mirip Nadhira dan Dimas itu mirip dengan banyak cowok di luar sana.

Karakter favorit saya di sini jelas saja Biru. Dia memang karakter yang terlampau fiksional dan nggak realistis. Tapi tetap aja, dialah karakter yang bikin saya bela-belain ikut PO di saat keadaan finansial tidak memungkinkan. Saya sungguh penasaran sama karakter Biru, dan nggak sabar pengen mengorek-ngorek cerita hidupnya.

Lalu, saya mulai merasa agak flat ketika memasuki bagian tengah cerita. Saat itu, apa yang diinginkan Nadhira sudah terkabul dengan mudah. Nah, entah kenapa, di sini ceritanya jadi sedikit menurun. Dimas mulai mendekati Nadhira, begitu pun dengan Biru, membuat ceritanya nggak seseru saat di awal.

Makin dalam menyusuri cerita, saya tarik ucapan bahwa Dimas dan Nadhira itu karakter yang realistis. Nyatanya enggak juga. Ternyata di pertengahan, Nadhira banyak juga dramanya. Apalagi saat ia berkonflik dengan Biru, airmatanya keluar melulu. Saya sebagai pembaca pun jadi jengah juga. Dimas pun sama. Saya nggak percaya dia semudah itu menjadi romantis, seolah kebencian dia pada Nadhira selama setahun itu nggak pernah ada.

Bukannya nggak bagus, sih. Cuma saya nggak pernah menemukan cowok yang jadi sangat cheesy ke seorang cewek yang dibencinya sejak lama. Tapi hanya itulah perubahan karakter Dimas yang mengganggu saya. Jadi untuk urusan realistis, karakter Dimas adalah juaranya. Dia cowok yang pintar dan dingin, namun juga care dan idealis di saat yang sama. Mirip dengan banyak orang di luar sana.

Dan, hands down, saya suka banget sama cara Kak Oda bikin deskripsi. Banyak dari kalimat dia yang bikin saya terpukau. Apalagi puisi-puisi Biru. Dahsyat banget. Walaupun plotnya sempat bikin bosan, cara dia bertutur itu membuat saya balik terus halamannya.

Mungkin Petjah emang nggak sesuai sama ekspetasi saya sejak awal. Makin jauh membaca, saya merasa novel ini sama saja seperti novel teenfiction lain. Banyak drama-dramanya. Padahal saya kira tadinya nggak begitu, gara-gara 6 part pertama novelnya di Wattpad terasa begitu real. Salut buat Kak Oda untuk hal yang satu ini.

Dan entah kenapa, banyak sisi dari cerita ini yang mengingatkan saya sama Perahu Kertas dan Ada Apa dengan Cinta. Karakter Biru itu kayak perpaduan antara Keenan dengan Rangga. Lembutnya Biru itu Keenan-banget, dan puitisnya Biru itu Rangga-banget. Emang sih nggak baik membandingkan karya orang, tapi kenapa saya ngerasa Biru itu kombinasi dari Keenan dan Rangga dalam satu wujud?

Apalagi, saya seneng banget sama Keenan. Saya juga suka sama Rangga. Jadi jangan tanya deh, betapa cintanya saya sama karakter Biru walaupun dari sisi sifat, Biru itu yang paling banyak drama. HAHAHA.

Oke, ada juga yang kelupaan. Mungkin mirip juga dengan karakter Nathan Januar. Well, tapi menurut saya Nathan tidak se-mellow Biru.

Makin banyak juga kebetulan-kebetulan yang mencengangkan semakin jauh saya menelusuri Petjah. Kebetulan yang cukup nggak masuk di akal. Tapi entah kenapa saya menikmati semua kebetulan itu. Saya suka cara Kak Oda yang menyebutkan di novel bahwa itu semua bukanlah kebetulan, tapi takdir. Karena memang kebetulan itulah yang membuat karakter Nadhira mengalami gejolak dan akhirnya terasa hidup. Karakter yang bagus nggak selalu harus karakter yang hidupnya mulus. Nadhira, contohnya.

Lalu saya akan bahas dari segi tata bahasa. Yah, saya nggak jago banget, sih, tapi setidaknya saya nangkap beberapa kesalahan. Mungkin karena novel ini cetakan pertama, jadinya ada banyak typo yang bertebaran. Jangan tanya saya ada di mana aja.

Ada beberapa kata yang kejebolan ketambahan angka, seperti di halaman 51: saya buru-buru sebentar lagi bel0 masuk. Nah, dari kalimat itu saja sudah ada dua kesalahan yang saya tangkap. Ketiadaan tanda baca koma. Saya merasa lebih nyaman kalau setelah kata buru-buru, sebaiknya ditambahkan tanda koma. Sebetulnya, saya ngerasa ketiadaan tanda koma ini cukup banyak juga bertebaran di buku.

Lalu ada juga typo seperti nama Nadhira menjadi Nahdira. Dan ada juga beberapa kalimat nggak efektif. Saya berharap banget, di cetakan kedua, kesalahan-kesalahan ini diperbaiki.

Yah. Meskipun ceritanya banyak drama, namun seenggaknya saya bisa terbawa, sih. Seenggaknya emang ini drama anak SMA. Nggak ada kisah rebutan cinta yang lebay. Baru kali ini saya liat ada orang yang pacarnya deket sama cowok lain, bahkan tiap hari nemenin dia, tapi tetap bisa saling percaya. Dimas contohnya.


Ketersediaan

109/17899.2213 AYU pMy Library (RAK UMUM)Tersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
899.2213 AYU p
Penerbit PT Elex Media Komputindo : Jakarta.,
Deskripsi Fisik
220 hlm.; 15 x 21 cm.
Bahasa
Bahasa Indonesia
ISBN/ISSN
9786020295954
Klasifikasi
890
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this