Semula saya tidak peduli dan tidak tertarik dengan puisis dari bumi Sakura ini. Dalam perasaan saya, seperti sebuah kalimatyangdipenggal menjadi tiga baris yang berjumlah 17 suku kata, dengan ketentuan penulisan lima suku kata, tujuh suku kata dan lima suku kata. Isinya terasa dangkal. Dalam mengalirkan sebuah ekspresi terasa tidak tuntas.
Pada tahun 2015 sayang mendapat liriman buku 1.000 Haiku Indonesia dari Bapak Eka Budianta. Setelah saya cermati dan saya baca, hati mulaii tertarik. Ternyata dugaan saya mengenai puisis Haiku keliru. Menulis Haiku harus dengan penuh perenungan, dan pengendapan. Lama-lama menulis Haiku itu terasa mengasyikan. Selama 3 tahun berjalan Desember 2015 sampai Desember 2018 lebih 1.000 buah Haiku saya tulis.
Kemudian awal tahun 2019 say apilih 1.000 Haiku dan saya terbitkan dalam kumpulan ini.
Terimakasih kepada Bapak Eka Budianta, yang berkenan memberi pengantar dan ulasan terhadap buku Haiku saya ini.
Semoga buku ini dapat menambah khasanah susastra Indonesia.