Detail Cantuman
Advanced SearchText
TABIR KELAM : SEIKAT KISAH DARI NEGERI SAKURA
Membaca karya sastra yang tokoh-tokohnya atau latarnya dari Jepang dengan sembari mendengarkan alunan lagu-lagu yang bernuansa Jepang (atau mungkin mandarin) seperti Amayodori dan Kokoronotomo yang dibawakan oleh Mayumi Itsuwa; membuat karya sastra yang dibaca itu terasa sedap sekali. Ya. Alunan lagu itu; baik yang keluar dari musik atau dari suara halus-lembut Mayumi dengan bahasanya meresap ke dalam diriku; membangun suasana yang khas; memberi rasa; hingga negeri Sakura yang jauh itu; kian dekat; semakin akrab; seperti di negeri sendiri. Ah; ternyata; nada suatu bahasa itu dapat mambawa sebuah tempat; sebuah dunia. Aku pun jadi teringat; dulu; saat makan es buah di Malioboro; kala itu penjualnya orang Madura; mengetahui bahwa aku dari Jawa Timur maka ia beralih menggunakan bahasa daerahnya yang sudah sangat kami akrab; dan tahu apa yang terjadi? Aku seperti tidak lagi di Malioboro; Malioboro berubah seketika; aku seperti di kotaku sendiri; di Jawa Timur. Begitu pula saat aku membaca kumpulan cerpen Tabir Kelam; Seikat Kisah dari Negeri Sakura karya Herlino Soleman yang semua cerpen-cerpennya berlatarkan Jepang dan tokoh-tokohnya sebagian bersar adalah orang-orang negeri sakura itu. Memang; aku seperti di Jepang; tapi masih terasa berjarak. Namun; berbeda ketika kemudian kuputar lagu Mayumi yang berbahasa Jepang itu (atau mungkin Mandarin); maka jarak yang kurasakan sebelumnya seperti lenyap dan aku seakan menyatu dengan negeri itu.rnrnKumpulan cerpen Herlino Soleman ini ditulis saat pengarangnya tinggal di Jepang; ia kirim cerpennya untuk diterbitkan di koran-koran Indonesia dan; buku kumpulan cerpennya yang sedang aku pegang ini merupakan karya-karyanya yang telah tersebar di koran-koran tersebut. Yakni; terdiri dari 16 cerpen: 14 dari koran Kompas; 2 Suara Merdeka; 1 Jawa Pos dan 1 Baernas. Membaca buku ini; aku teringat pada dua kumpulan cerpen yang pernah kubaca; Seribu Kunang-Kunang di Manhattan Umar Kayam dan Orang-orang Bloomington Budi Darma. Ya; ketiga pengarang ini; pernah juga tinggal di luar negri untuk beberapa lama dan menulis bebera cerpen di sana. Ketiga cerpen di atas memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurutku; cerpen-cerpen Umar Kayam lebih mencoba menyuguhkan kultur dan gaya kehidupan orang-orang Amerika dalam kehidupan kesehariannya dan Budi Darma lebih kepada absurditas mereka kehidupan; walaupun tidak semuanya begitu. Sementara Herlino Soleman; seperti diungkap pengarangnya sendiri; bahwa isi dari karya-karyanya lebih menampilkan permasalahan-permasalahan di tanah air; kecuali tokoh dan settingnya.rnrnMaka kalau diperhatikan; dalam buku ini; menurutku; kita akan melihat sebuah dialog; suatu peleburan antara dua kultur budaya yang berusaha memahami satu sama lain. Yakni; misalnya; kala menceritakan tentang si aku yang menjadi perantauan di negeri Jepang; maka si aku akan memakai watak tanah airnya dalam memandang kultur di tempat ia tinggal. Atau; jika si aku orang Jepang; maka ada kalanya permasalahan yang diangkat; adalah masalah yang kita kenal di tanah air kita namun kemudian dihayati oleh orang Jepang; bagaimana misalnya permasalahan itu ditanggapi secara positif atau sebaliknya; seperti peristiwa buruk yang bagi orang tanah air diakhiri dengan kepasrahan sementara bagi masyarakat Jepang bisa berujung pada sebuah tindakan bunuh diri. Disamping itu; ada juga; dalam sebuah cerpen; suatu permasalan dihayati dengan dua pandangan sekaligus atau dua permasalahan dihayati secara bersilang. Mengenai cinta; cerpen Herlino memiliki ciri khas; yakni ujung kisah cinta si Aku dengan para kekasihnya di negeri Sakura itu selalu berakhir dengan kegagalan. Selanjutnya juga; dalam beberapa ceritanya; Herlino menyindir para pejabat pemerintah yang rakus yang kalau pergi ke Jepang; adalah untuk memborong alat-alat elektronik saja.rnrnDari semua cerpen dalam buku ini; ada tiga cerpen yang paling kusukai dan karena itu aku menyukainya. Cerpen pertama; Perkawinan. Dikisahkan; ada dua orang cacat yang keduanya sama-sama lumpuh hendak kawin. Mungkin di tanah air; masalah seperti ini tidak akan mendapat perhatian dari pemerintah; namun; bagi pemerintah Jepang hal ini menjadi sebuah perdebatan; yakni bolehkah keduanya menikah? Bagaimana dengan kehidupan keduanya ke depan? Adakah undang-undang yang membolehkan atau melarang untuk itu? Mampukah mereka menanggung pajak pemerintah yang biasa ditanggung rakyat bila mereka nanti berkeluarga? Apakah pemerintah dapat membantu? Dalam cerita ini; maka masalah ini yang mungkin di tanah air menjadi hal yang tidak penting; merupakan masalah besar bagi masyarakat Jepang; khususnya bagi wakil rakyat. Para pejabat pemerintah kemudian mengadakan rapat. Ada yang menolak dan ada pula yang mendukung. Terjadilah perdebatan panas di antara kedua kubu tersebut. Dan di akhir cerita; perdebatan itu dimenangkan oleh mereka yang mendukung; atas dasar pertimbangan terhadap hak asasi manusia dan suara rakyat. Akhirnya; Ishida dan Sachiko; dua orang yang cacat itu; dibolehkan menikah; bahkan oleh pemerintah kehidupan mereka keduanya dijamin. Yang menarik adalah; ketika bagaimana cerpen ini kemudian menggambarkan pejabat yang dulunya menolak dan kalah dalam adu pendapat; malu dan mundur dari jabatannya; bahkan ada yang bunuh diri. Dan cerita ini; menurutku; merupakan semacam kritik kepada pemerintah tanah air yang kebanyakan acuh tak acuh kepada nasib rakyat dan malas untuk memperjuangkan hak-hak mereka; apalagi bila suara rakyat itu kecil dan sedikit jumlahnya. “Jika wakil rakyat tidak memperjuangkan nasib rakyatnya; tempatnya memang dalam ruang pembakar mayat. Dan debu mayatnya cukup ditaburkan ke got-got yang bau bacin!†Demikian kalimat panjang di atas mengakhiri kisah ini. Sungguhlah menyakitkan; bukan.rnrnCerpen kedua; Pulang. Berkisah tentang seorang pelacur bernama Yasuko yang jatuh cinta pada si aku; orang perantauan tanah air yang menyelamatkan Yasuko dari komplotan pembisnis pelacur Jepang terkenal dan kejam yang bernama Yakuza. Untuk menyelamatkan Yasuko maka si aku mengirimkan Yasuko untuk tinggal di tanah air; di rumah kakaknya. Cerpen ini berisi surat-surat Yasuko yang awalnya senang dengan bertempat tinggal di tanah air karena tempat itu alamnya indah dan tenang; begitu juga dalam surat tersebut Yasuko mengungkapkan isi hatinya bahwa ia jatuh cinta pada si aku dan mau menjadi calon pendamping si aku. Surat demi surat datang dan dibaca oleh si aku. Akhirnya; dengan membaca cerita Yasuko yang menceritakan keindahan tanah air; dengan mengenang masa kecilnya di tanah air yang indah; maka si aku kepingin pulang. Ia bosan juga tinggal di Jepang yang kesehariannya tak lepas dari kerja dan kerja. Tak ada waktu untuk bersantai-santai. Semua terlihat sibuk. Ia juga menimbang-nimbang rayuan Yasuko dan mulai menyukainya. Pada suatu waktu; si aku hendak pulang ke tanah air. Sekonyong-konyong; ia mendapat telepon dan itu ternyata dai Yasuko. Dalam telepon itu; si aku terkejut; sebab Yasuko berencana kembali ke Jepang. Katanya ia tidak apa-apa berada di Jepang; tinggal di sana; diburu oleh Yakuza. Sebab; katanya; tanah air tempat si aku memang terasa damai dan nyaman; namun dibalik itu semua; tanah air merupakan negeri yang dalam keadaan kesusahan dan kemiskinan.rnrnCerpen terkhir; Pulang Dua Kidung Malam. Cerpen ini cerpen romantis. Tentang percintaan si aku sebagai perantau yang jatuh cinta kepada Mayumi perempuan Jepang tetangganya. Cintanya terbalas; namun hubungan mereka sulit untuk terwujud. Sebab baik si aku dan Mayumi hanya mempunyai satu orang tua. Ketidak mungkinan mereka untuk melanjutkan cinta mereka adalah si aku pada akhirnya harus kembali ke tanah air untuk menjaga ibunya sementara Mayumi tidak dapat ikut karena ia juga harus menjaga ayahnya seorang itu. Si aku selalu menghindar saat Mayumi mengajaknya jalan-jalan. Ini adalah cara untuk menjauhi Mayumi. Mayumi perempuan pendiam. Suatu saat; si aku mendapatkan telepon bahwa ibu si aku meninggal dunia. Pada saat itu si aku hendak pulang. Akan tetapi; pada saat yang sama beberapa saat setelah itu; si aku terkejut sebab tadi pagi Mayumi yang mengetuk pintu dan tanpa bicara dahulu si aku menjawab bahwa ia sedang sibuk dan tidak diganggu; ternyata masih di luar pintu. Dalam gemetar Mayumi berkata bahwa ayahnya telah lama terbaring dan tidak bernafas dan tadi ketika mengetuk pintu itu ia ingin meminta bantuan kepada si aku. Cerita berakhir di sini. Tidak ada terusannya. Apakah si aku akan pulang cepat? Apakah ia akan menolong Mayumi yang nyatanya ayahnya sudah meninggal itu? Ataukah ia dengan menolong Mayumi masih bisa pergi pulang? Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Apakah kematian orang tua mereka membuka jalan hubungan mereka? Kalau memang iya; lantas; di mana mereka akan tinggal? Di tanah air atau di Jepang? Ya. Yang kusuka dari cerita ini adalah cara Herlino bercerita sungguh menawan dan endingnya penuh dengan tanda tanya yang pada akhirnya diserahkan seluruhnya kepada pembaca.
Ketersediaan
| 254/05 | 813.01 SOL t | My Library (RAK UMUM) | Tersedia |
Informasi Detil
| Judul Seri |
-
|
|---|---|
| No. Panggil |
813.01 SOL t
|
| Penerbit | KOMPAS : Jakarta., 2003 |
| Deskripsi Fisik |
170 hlm.; 15 x 21 cm.
|
| Bahasa |
Bahasa Indonesia
|
| ISBN/ISSN |
9797091139
|
| Klasifikasi |
810
|
| Tipe Isi |
-
|
| Tipe Media |
-
|
|---|---|
| Tipe Pembawa |
-
|
| Edisi |
I
|
| Subyek | |
| Info Detil Spesifik |
-
|
| Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain






