Tradisi penyeleksian cerpen-cerpen yang pernah dimuat di harian Kompas untuk kemudian dibukukan dalam sebuah antologi cerpen pilihan yang sudah dimulai semenjak tahun 1992 ini; kemudian seakan menjadi barometer pagi para penulis cerpen untuk menilai ‘berkualitas atau tidaknya’ cerpen mereka. ‘Menembus Kompas’ seolah menjadi suatu keharusan bagi para penulis cerpen Tanah Air ketika nama mereka ingin disejajarkan dengan para penulis kawakan. Ada pula anggapan yang mengatakan ‘Kalau cerpen Anda belum pernah ‘nembus’ ke Kompas; itu artinya Anda belum diakui secara luas sebagai seorang cerpenis’. Meski bukan suatu keniscayaan; tapi nampaknya banyak penulis yang memang mempercayai hal ini. Kompas; dengan demikian telah menjadi semacam ‘tolok ukur’ bagi keberhasilan seorang penulis cerpen. Apalagi jika seandainya cerpen mereka terpilih menjadi salah satu Cerpen Pilihan Kompas. Sebagai media (koran) yang mungkin boleh dikatakan terbesar di Indonesia (setidaknya telah memakan asam garam yang cukup lama dalam dunia jurnalistik dan sastra); Kompas memang telah menjadi pusat perhatian banyak orang. Agaknya hal inilah yang mendorong mengapa banyak orang yang merespons penerbitan Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006. rnDAFTAR ISI :rn1. JEJAK TANAH (DANARTO)rn2. DRUPADI SEDA (SENO GUMIRA AJIDARMA)rn3. AKHIRNYA KUTEMUKAN MEREKA YANG HILANG ! (JUJUR PRANANTO)rn4. KAIN BATIK DARI IBU (HARIS EFFENDI TAHAR)rn6. ...