Dalam buku “Suara penyair” dikatakannya :rn“Berkah amal saleh tumbuh subur dalam ladang hatiku.rnAku akan menuai gandum dan membagikannya pada mereka yang lapar.rnJiwaku menyuburkan ladang anggur yang kuperas buahnya dan kuberikan sarinya pada mereka yang kehausan.rnSurga telah mengisi pelitaku dengan minyaknya dan akan kuletakkan di jendela.rnAgar musafir kelana di gelap malam menemukan jalannya.rnKulakukan semua itu karena mereka adalah diriku.rnAndaikan nasib membelenggu tanganku dan aku tak bisa lagi menuruti hati nuraniku; maka yang tertinggal dalam hasratku hanyalah : MatirnAku seorang penyair; apabila aku tak bisa memberi; akupun tak mau menerima apa apa.”rnrnDalam kehidupan kita yang hiruk pikuk penuh deru campur debu dalam berpacu untuk punya ini punya itu; dengarlah apa yang dikatakannya :rn“Harta benda yang tak punya batas; membunuh manusia perlahan dengan kepuasan yang berbisa.rnKasih sayang membangunkannya dan pedih peri nestapa membuka jiwanya.”rnrnIa juga berpendapat : “Manusia terbagi dalam bangsa; negara dan segala perbatasan.rnTanah airku adalah alam semesta.rnAku warganegara dunia kemanusiaan”rnrnKahlil Gibran menganjurkan orang untuk gemar membaca; berpikir dan berpendapat.rnUntuk tidak picik; dangkal; fanatik; bodoh seperti kodok dibawah tempurung; yang tak punya sumbangan apa apa buat kemanusiaan.rnrnBayangkanlah kata katanya :rn“Tanah airku adalah alam semestarnAku warganegara dunia kemanusiaanrnrnJohn Lennon dalam lagunya “Imagine” mengatakan hal yang sama.rnMSF (Medicins Sans Frontieres) atau Doctors without borders juga mengatakan yang sama.rnMereka menolong siapa saja; kapan saja dan dimana saja.rnTanpa pandang bangsa; negara apalagi agama dan seribu perbatasan lainnya