Image of NASIONALISME DAN KEBANGKITAN EKONOMI

Text

NASIONALISME DAN KEBANGKITAN EKONOMI



Kebangkitan atau kemajuan ekonomi sebuah bangsa rupanya tidak terlepas dari adanya semangat nasionalisme-patriotisme. Kebangkitan ekonomi beberapa negara yang dahulunya dikategorikan sebagai negara berkembang dan saat ini dimasukan dalam kategori sebagai kekuatan ekonomi baru dunia; seperti India; China; Korea Selatan; Venezuela; Argentina; Iran dan masih banyak lagi negara berkembang lainya; tidak terlepas dari perjuangan dalam merestrukturasi maupun merevitalisasi internal negara mereka yang selalu mengedepankan jargon for the sake of national interest “Nasionalisme”.rnrnSayangnya; semangat nasionalisme ini hampir memudar; terutama dikalangan anak muda dan segelintir ekonom muda Indonesia pasca gerakan reformasi 1998. Berbicara tentang nasionalisme dianggap kuno; usang; out of dated. Bahkan tak jarang kita mendengar sejumlah ekonom muda yang sesumbar sebagai libertarian dengan congkak menepuk dada sambil membacakan tuah: ”...nasionalisme telah kuno; telah lewat; masukkan saja ke dalam saku kalian...”; lantas memproklamasikan keyakinanya akan dongeng-dongeng cinderella tentang “The end of nation states” dan tentang “The borderless world”.rnrnPadahal; nasionalisme Indonesia yang terwujudkan dalam demokrasi politik dan demokrasi ekonomi (Pancasila) sesungguhnya sangatlah modern; berdimensi partisipatori dan sekaligus emansipatori. Artinya pembangunan nasional dengan landasan nasionalisme terejawantahkan dalam bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; yaitu yang kita kenal sebagai sosio-nasionalisme Indonesia.rnrnBuku Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi; karya Soepriyatno ini; yang didedikasikan untuk memperingati 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional; 80 tahun Sumpah Pemuda dan 10 tahun Reformasi ini; menggugah dan meyakinkan kita perihal pentingnya menghidupi kembali nasionalisme; ideologi bangsa Pancasila dan semangat proklamasi sebagai modal dasar dalam membangun Indonesia kembali.rnrnPenulis buku ini yang menjadikan Gerakan reformasi 1998 sebagai titik tolak keberangkatan dalam melihat realitas kekinian Indonesia menilai reformasi gagal dalam mencapai tujuan baiknya. Bahkan potret Indonesia dalam bidang ekonomi; politik; sosial-budaya dan pertahanan keamanan masih buram.rnrnPersoalan-persoalan bangsa yang mendasar ini harus segera dicari solusinya. Solusi yang ditawarkan penulis adalah membanting stir perubahan pada aktor dan sistem ekonomi-politik serta nilai-nilai ke-Indonesiaa-an yang telah terseret jauh oleh paradigma liberal-kapitalistik. Sistem baru yang disodorkan penulis tiada lain bersandar pada ideologi Pancasila dan spirit nasionalisme (semangat proklamasi).rnrnPenulis buku ini yang juga sarjana pertanian dan menjadi salah satu ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Ketua Pemuda Tani Indonesia juga memberi solusi lain. Sesuai latar belakang pendidikan dan aktivitas sosialnya di bidang pertanian; penulis mengusulkan agar pertanian menjadi lokomotif basis kebangkitan Indonesia. Beberapa langkah strategis bidang pertanian yang diusulkannya adalah modernisasi dan mekanisasi pertanian; revitalisasi agroindustri pedesaan; reforma agraria; pembangunan infrastruktur pertanian; peningkatan anggaran pertanian di APBN/APBD; memacu kegiatan penelitian dan pembangunan; pengembangan sumberdaya manusia pertanian; penyediaan sarana dan prasarana pertanian; strategi pembiayaan dan investasi; serta pengembangan pasar domestik maupun ekspor.rnrnAspek yang juga menjadi titik tekan dalam buku ini adalah soal kepemimpinan. Penulis meyakini bahwa membawa bangsa indonesia keluar dari krisis menuju suatu perubahan besar membutuhkan kepemimpinan. Menjadi tugas pemimpin untuk menggerakan perubahan. Untuk mewujudkan perubahan bangsa ke depan; maka kepemimpinan yang diperlukan adalah kepemimpinan transformatif; visioner; kuat; kepemimpinan nasional yang komitmen pada penegakan hukum; HAM dan pemberantasan korupsi; kepemimpinan nasional yang mampu melaksanakan reformasi birokrasi; berani menegosiasi pembayaran utang luar negeri dan menghentikan penjualan serta mengembalikan asset-asset strategis bangsa melalui mekanisme nasionalisasi dan pembelian kembali (buy back). Pemimpin perubahan yang energik; visioner dan progresif dalam sejarah bangsa selalu dimotori oleh para pemimpin muda yang cerdas; patriotik dan berjiwa luhur. Selain itu; untuk melengkapi kriteria kepemimpinan nasional; penulis buku ini menawarkan agenda-agenda yang mesti dilakukan kepemimpinan nasional ke depan; antara lain membangun kedaulatan pangan; energi; ekonomi dan moneter; politik serta pertahanan keamanan.rnrnBuku ini amat menarik baik cakupan isinya yang luas; dalam; juga kaya dengan data. Selain itu; buku ini dilengkapi dengan perbandingan beberapa negara yang bangkit dari krisis; sehingga menjadi kelebihan tersendiri bila dibandingkan dengan buku-buku lain yang mengupas nasionalisme. Dengan kata lain; dari sisi substantif; buku ini menarik karena memberi wawasan yang luas dan kaya. Hanya dari aspek teknis; masih ada beberapa kesalahan pengetikan. Tetapi; bagaimanapun buku ini layak dan wajib dibaca oleh rekan-rekan muda; mahasiswa; politisi; akademisi; diplomat dan masyarakat umum yang masih punya harapan dan mimpi akan Indonesia jaya; bermartabat; berkeadilan; berperikemanusiaan dan rakyatnya hidup sejahtera. (Elias S.Dabur; Koran Jakarta 2008)rnDAFTAR ISI:rn1. IDEOLOGI DAN PERUBAHANrn2. BELAJAR KEBANGKITAN EKONOMI NEGARA-NEGARA LAINrn3. REALITA EKONOMI GLOBAL DAN PROBLEMATIKA EKONOMI NASIONALrn4. PERTANIAN LOKOMOTIF KEBANGKITAN EKONOMI BANGSArn5. AGENDA PEMIMPIN PERUBAHAN


Ketersediaan

253/09907 SOE nMy Library (RAK UMUM)Tersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
907 SOE n
Penerbit INSIDE PRESS : Jakarta.,
Deskripsi Fisik
342 hlm.; 15 x 21 cm.
Bahasa
Bahasa Indonesia
ISBN/ISSN
9791798702
Klasifikasi
900
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this