Detail Cantuman
Advanced SearchText
DI TEPI SUNGAI PLUM
Membaca buku ini adalah nostalgia; mengenang masa kecil yang menyenangkan. Saya lupa apakah dulu serial televisinya ditayangkan pada hari Minggu atau bukan; tapi seingat saya; dulu saya menontonnya di Jl. Jambu. Yang mana itu berarti hari libur. Hehe…rnrnDulu saya memang rajin mengikuti filmnya; sebal dengan Nellie Oleson yang sombong; tertawa dengan kenakalan Laura; dan menangisi mata Mary yang menjadi buta. Lalu; setelah agak besar; saya membeli buku-bukunya. Tapi; seingat saya terakhir yang saya baca adalah Anak Tani; buku ketiga; tentang Almanzo Wilder (yang kelak menjadi suami Laura). Setelah itu; saya berhenti membaca. Mungkin ini terjadi bersamaan dengan berhentinya kebiasaan membeli buku; akibat menjadi anak kos yang tidak punya cukup uang dan ruang untuk membeli buku. Lalu; dilanjutkan dengan periode di mana saya tidak boleh membaca buku. *sebal*rnrnAnyway; sudah lama saya bercita-cita mengoleksi kembali serial Laura Ingalls. Artinya; melengkapi buku-buku selanjutnya. Tapi; selama ini saya meributkan hal-hal yang nggak perlu; yaitu bentuk bukunya yang berbeda. Buku Laura zaman dulu lebih besar ukurannya; juga lebih tebal. Yang sekarang; entah kenapa; menjadi lebih kecil dan tipis. Saya curiga jangan-jangan ceritanya pun dipotong (maklum; sudah pengalaman jadi editor). Tapi; di Pesta Buku Jakarta 2011; akhirnya tidak tertahankan juga. Dengan dorongan provokator saya tersayang; akhirnya saya membeli langsung 6 buku; sehingga serial Laura lengkaplah sudah.rnrnIsi cerita buku ini pasti sudah banyak diketahui orang. Keluarga Ingalls memang hidup berpindah-pindah dengan gerobak yang ditutup terpal. Di buku ini; mereka baru sampai di Minnesota. Awalnya; mereka tinggal di rumah yang berada di bawah tanah (dengan suka-dukanya; misalnya kaki sapi yang kejeblos di atap rumah mereka); lalu berhasil mendirikan rumah meskipun dengan susah payah. Kenapa saya bilang susah payah? Rumah itu didirikan sendiri dengan mengandalkan panen gandum yang belum terjadi. Nah; di tengah perjalanan itu; ketika rumah sudah berdiri; datanglah hama belalang yang menghancurkan semua gandum sehingga untuk membayar hutang-hutangnya; Pak Ingalls harus pergi ke timur menjadi buruh panen gandum.rnrnYang menarik buat saya; selain nostalgianya; adalah deskripsi di cerita ini. Rasanya saya bisa ikut melihat padang rumput yang luas dan jajaran pohon plum yang sedang berbuah (diberi nama sungai plum karena di pinggirnya banyak pohon plum). Sepertinya damai sekali kehidupan di masa itu. Dan; kehidupannya sangat sederhana. Bertanam sendiri; untuk dimakan sendiri. Beternak sendiri; untuk dikonsumsi sendiri. Menangkap ikan sendiri; menembak kelinci sendiri… Senangnya…rnrnSeri buku yang baru ini; meskipun sama-sama terbitan BPK Gunung Mulia; memiliki sesuatu yang berbeda dari seri yang lama. Selain bentuknya yang lebih kecil; di cover depan terdapat tulisan ‘character building stories’ dan di bagian belakang tertulis nilai-nilai yang ditanamkan dalam buku ini. Untuk buku Di Tepi Sungai Plum; dikutip kalimat Pak Ingalls ketika mereka menghadapi masalah; “Entah dengan cara apa pun; kita pasti berhasil mengatasi kesulitan ini.†Lalu; di bawahnya tertulis nilai yang ditanamkan dalam buku ini ‘semangat; pantang mundur’.rnrnYa; harusnya memang ketika membaca sebuah buku kita tidak cuma menikmati ceritanya. Tetapi juga mengambil nilai-nilai yang dikisahkan di dalamnya. Semangat dan pantang mundur memang paling sesuai untuk buku ini; mengingat perjuangan mereka setelah mendapat serangan hama belalang. Untungnya; orang-orang di sekeliling mereka juga orang yang baik hati. Misalnya; orang yang mengizinkan Pak Ingalls membawa dulu kayu-kayu untuk membangun rumah dan baru membayarnya setelah panen gandum. Dan; setelah panen gandum itu batal; orang itu pun masih mau mengerti dan memberi waktu agar Pak Ingalls bisa mengumpulkan uang kembali. Kalau menurut saya; kebaikan memang tidak bisa hanya dilakukan oleh satu orang; tetapi harus oleh satu komunitas (setidaknya). Karena kalau komunitasnya buruk; individu juga cenderung akan bersikap buruk sebagai bentuk pertahanan dirinya di dalam situasi tersebut.
Ketersediaan
| 110/12 | 823.08 WIL a IV | My Library (RAK UMUM) | Tersedia |
Informasi Detil
| Judul Seri |
LITTLE HOUSE SERIAL LAURA
|
|---|---|
| No. Panggil |
823.08 WIL d IV
|
| Penerbit | LIBRI : Jakarta., 2011 |
| Deskripsi Fisik |
vi + 362 hlm.; il.; 11 x 18 cm.
|
| Bahasa |
Bahasa Indonesia
|
| ISBN/ISSN |
9789796878727
|
| Klasifikasi |
820
|
| Tipe Isi |
-
|
| Tipe Media |
-
|
|---|---|
| Tipe Pembawa |
-
|
| Edisi |
-
|
| Subyek | |
| Info Detil Spesifik |
-
|
| Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain






